1.1. Prinsip Kerja Generator:
1.1.1 Magnetism dan Electromagnetism
Suatu material mempunyai kemampuan menarik ataupun menolak satu sama lain
disebut dengan istilah magnet atau biasa disebut ferromagnetic dimana material
tersebut mengandung unsur besi ataupun campuran beberapa logam. Magnet selalu mempunyai dua kutub (pole) yang
disebut kutuh utara dan kutub selatan. Dua kutub utara atau pun kutub sejenis
akan saling tolak sedangkan kutub berlawanan akan saling tarik menarik. Medan
magnet di definiskan sebagai bentuk fisik dari kedua kutub tersebut. Kekuatan
dan arah medan magnet ditentukan dari tolak menolak atu tarik menarik di antara
kedua magnet tersebut.
Material yang mempunyai kemagnetan dalam waktu lama disebut dengan
istilah permanent magnet. Permanent magnet digunakan pada beberapa type mesin
listrik termasuk mesin synchronous. Pada generator yang mempunyai kapasitas
besar, medan magnet dapat diciptakan melalui arus listrik yang mengalir pada
konduktor.
Gambar 1. Kutub
manget yang berbeda akan salik tarik menarik
Gambar 2. Kutub
manget sejenis akan salik tolak menolak
Gambar 3. Medan
magnet tercipta disekitar konduktor yang mengalir arus listrik
1.1.2 Aliran listrik
Aliran Listrik adalah aliran muatan positive ataupun muatan negative yang
mengalir pada material konduktor atau pun pada ruangan yang mengandung ion.
Aliran listrik akan kita jumpai pada generator yang terdapat pada stator dan
rotor generator.
Gambar 4. Aliran
listrik pada konduktor (penghantar)
Gambar 5. Aliran
listrik pada saat cuaca mendung
1.1.3 Arus bolak balik (AC)
Generator dapat beroperasi menghasilkan arus bolak balok (alternating
current , AC) dan arus searah (direct current, DC). Arus DC dapat diartikan
dimana arus yang mempunyai frequency sama dengan nol. Frequency dari arus AC
didefinisikan sebagai jumlah arus atau tegangan yang berubah polarity dalam
satuan waktu tertentu. Satuan frequency yang digunakan adalah Hertz atau
putaran per second.
Pada saat generator beroperasi akan menghasilkan tegangan sinusoidal dan
jika terhubung ke beban akan mengalir arus sinusoidal pula. Karakteristik dari
jaringan beban ditentukan dengan sifat resistive, capacitive dan inductive.
Sudut yang terjadi antara arus dan tegangan disebut sudut daya (power angle).
Cosinus dari sudut daya disebut dengan power factor (PF).
Beban dengan sifat capacitive murni maka arus mendahului (Leading) dari
tegangan sebesar 900. Beban dengan sifat inductive murni maka arus
tertinggal (Lagging) dari tegangan sebesar 900. Rangkaian yang
mempunyai capacitive atau inductive disebut dengan rangkaian reactive, dengan
istilah daya sebagai berikut:
S daya semu (apparent power) S = tegangan x arus = VA.
P daya active (active power) P =
tegangan x arus x cos pi = Watt
Q daya reactive (reactive power) Q = tegangan x arus x sin pi =
VAR
1.1.4 Prinsip Dasar Operasi
Untuk memahami prinsip
dasar operasi generator maka sebaiknya mengetahui hukum dasar yang dipergunakan
dalam operasi generator sehingga dapat lebih memahami fungsi dari peralatan
generator. Di antara hukum yang digunakan dalam operasi generator adalah:
➢ Hukum Faraday (Michael Faraday 1791-1867) yang terdiri dari dua
yaitu (Gambar 5 ):
o
Apabila sebuah konduktor
bergerak memotong garis gaya flux magnetic, maka akan terinduksi tegangan pada
kedua ujung konduktor tersebut, atau.
o
Jika flux magnet
berubah-ubah terhadap sebuah rangkain dari konduktor, maka akan tercipta
tegangan induksi pada rangkaian tersebut.
Gambar 6. Ilustrasi
Hukum Faraday
➢ Hukum Ampere-Biot-Savart (Andre Marie Ampere 1775-1836, Jean
Baptiste Biot 1774 – 1862 , Victor Savart 1803 - 1862) menyatakan bahwa gaya
magnet akan dibangkitkan pada saat arus mengalir pada penghantar yang berada pada medan
magnet. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 6:
Gambar 7. Hukum
Ampere-Biot-Savart tentang gaya induksi electromagnetic yang diaplikasikan pada
generator
➢ Hukum Lenz (Heinrich Lenz 1804 – 1865) menyatakan bahwa arus
induksi electromagnetic dan gaya akan selalu melawan penyebab awalnya. Sebagai
contoh jika sebuah penghantar bergerak memotong garis gaya magnet, maka akan
terjadi tegangan induksi pada penghantar tersebut (sesuai hukum Faraday). Jika
penghantar tersebut dihubungkan ke beban sehingga menjadi rangkaian tertutup
maka akan mengalir arus listrik (sesuai hukum Ampere-Biot-Savart) dan
menghasilkan gaya pada penghantar tersebut. Hukum Lenz menyatakan gaya yang
ditimbulkan oleh penghantar tersebut akan melawan gaya dari penyebab timbulnya
tegangan induksi tersebut. Prinsip ini menjadi pengetahuan mengapa saat
generator berbeban maka pada stator akan mengalir arus yang memotong medan
magnet rotor pada gap antara rotor dan stator. Gaya yang besar diperlukan untuk
menggerakan turbine agar dapat melawan gaya induksi yang besar dari stator
terhadap rotor generator serta mempertahankan beban atau putaran. Sedangkan
pada pengoperasian motor listrik dapat diartikan apabila arus yang diberikan
akan meningkatkan beban dari motor.
Gambar 8. Ilustrasi Hukum Lenz dimana
medan magnet awal akan dilawan oleh medan magnet yang terjadi oleh arus listrik
yang mengalir pada penghantar.
1.1.5 Belitan Rotor
Belitan rotor generator terdiri dari rangkaian serial dari satu pole
terhadap pole berikutnya. Arus yang mengalir pada rotor generator bersumber
dari exciter yang terdiri dari beberapa jenis excitasi di antaranya menggunakan
brush (sikat arang) dan brushless (menggunakan rotating diode sebagai
penyearah). Baik penggunaan brush ataupun brushless, pengaturan arus excitasi
dilakukan oleh peralatan autovoltage regulator (AVR). Arus excitasi berfungsi
sebagai penghasil medan magnet bagi stator generator.
1.1.6 Belitan Stator
Belitan stator terpasang pada slot core dan dihubungkan seri atau
parallel untuk mendapatkan tegangan ataupun MVA sebagaimana design yang
diinginkan. Belitan stator mempunyai isolasi khusus yang mampu menahan tegangan
tinggi sesuai tegangan output dan mampu menahan panas saat generator
beroperasi. Ketahanan panas dari isolasi ditentukan dengan class insulation
yang digunakan. Panas dari stator dan rotor akan didinginkan dengan system
pendingin yang di design khusus bagi setiap generator .
Besar tegangan induksi pada stator generator ditentukan
oleh beberapa komponen diantaranya adalah :
• Besar medan magnet yang dihasilkan oleh rotor generator.
• Kecepatan putar dari rotor generator.
• Jumlah atau panjang belitan stator generator.
1.2. Prinsip Operasi Generator
Sebagaimana
telah dibahas pada prinsip kerja generator maka semua turbo generator mempunyai
rotor dengan dua buah kutub ataupun empat kutub dalam menghasilkan medan
magnet. Arus excitasi pada rotor generator mempergunakan arus searah yang
mempuyai besar flux tetap namun mempunyai sudut (garis) flux berubah-ubah
terhadap stator bar akibat rotor generator berputar mengikuti putaran prime
mover (turbine uap ataupun turbine gas).
Putaran rotor generator
dipertahankan untuk menghasilkan frequency ataupun tegangan yang konstan.
Gambar 9. Ilustrasi
operasi dari turbo generator yang memiliki dua kutub
Saat
generator beroperasi dan excitasi telah active maka pada stator coil akan
terjadi tegangan output 3 phase seperti terlihat pada grafik tersebut (Gambar:
8). Berdasarkan konstruksi stator generator maka stator bar dipasang sedemikian
rupa sehingga perbedaan sudut di antara phase sejauh 1200 , hal ini
terlihat dari bentuk gelombang yang dihasilkan terjadi perbedaan sejauh 1200 pada setiap phase.
Saat
generator beroperasi dan terhubung ke beban maka akan mengalir arus pada stator
dimana pada saat itu juga timbul magnetic field disekeliling penghantar stator.
Magnetic field yang constant terjadi pada air gap antara stator dan rotor
generator. Magnetic field memungkinkan turbo generator menghasilkan daya
(megawatt) pada mesin listrik dari daya mekanikal menjadi daya litrik ataupun
sebaliknya. Sebagai catatan “magnitude flux yang constant akan menghasilkan
magnitude torque yang constant pula.
Pada saat generator
beroperasi, putaran rotor akan menentukan frequency dari tegangan input
sedangankan jumlah pole adalah tetap dengan mengacu pada persamaan :
Ns
120
pf
Dimana : f
à frequency : Hz
P
à jumlah pole pada rotor generator Ns
à kecepatan rotor generator (rpm)
Berdasarkan sudut power factor maka operasi generator
dibagi menjadi dua (Gambar 9) yaitu:
➢ Underexcited: power factor kondisi leading (Arus mendahului
Tegangan), generator akan menerima daya reactive dari system. Underexcited
tidak dianjurkan dalam pengoperasian.
➢ Overexcited: power factor kondisi lagging (Tegangan mendahui
Arus), generator akan mengirimkan daya ke system. Generator beroperasi normal
umumnya menghasilkan VAR bersamaan dengan Watt, kondisi seperti ini generator
beroperasi dengan kondisi overexcited.
Gambar 10. Ilustrasi
operasi dari turbo generator, overexcited dan underexcited
1.3. Peralatan Utama Pada Generator Dan Fungsinya
1.3.1 Stator
Stator merupakan bagian dari Generator yang tidak bergerak, terdiri dari
gulungan kawat penghantar yang disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada
alur-alur inti besi. Pada penghantar tersebut adalah tempat terbentuknya GGL
induksi yang diakibatkan dari medan magnet putar dari rotor yang memotong
kumparan penghantar stator. Besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh
Generator pada sebuah pembangkit listrik biasanya dalam ribuan volt.
Adapun bagian-bagian Stator dari sebuah Generator meliputi
:
• Stator Frame
Merupakan bagian terluar dari sebuah Generator yang biasa kita lihat dan
bahkan dipegang dengan tangan terbuka pada saat Generator tersebut beroperasi.
Stator frame didesain explosion safe yaitu frame dapat bertahan jika terjadi
ledakan internal karena percampuran hidrogen dengan udara, sehingga ledakan
tidak akan melukai manusia, merusak peralatan maupun bangunan. Kecelakaan ini
hanya mungkin terjadi saat kesalahan operasi penggantian gas dalam generator.
Dalam kondisi beroperasi, udara tidak dapat masuk ke dalam generator karena
tekanan hidrogen di dalam generator lebih tinggi dari tekanan atmosfir.
Oleh karena itu, operasi generator dikatakan aman sepanjang purity dari
hidrogen selalu dijaga. Didalam Stator Frame inilah seluruh komponen Stator
ditempatkan dengan menggunakan dudukan (Mounting) yang terdistribusi dibeberapa
tempat.
Gambar 12. Ilustrasi
Gambar belahan generator
• Stator
Core
Stator core merupakan tempat dimana belitan stator (Stator Winding)
ditempatkan. Terbuat dari pelatpelat baja yang disusun secara berlapis-lapis
dengan ketebalan ±0.35 mm s/d 0.5 mm. Kedua sisi pelat tersebut diisolasi
dengan varnish tahan panas dan disatukan dengan building bolt dan through bolt.
Tujuan dari penyusunan pelat baja secara belapis-lapis adalah untuk mengurangi
rugi - rugi histerisis akibat panas dan arus eddy. Pada sekeliling inti stator
bagian dalam dilengkapi dengan alur sebagai tempat kedudukan penghantar/
belitan stator.
Gambar 13. Ilustrasi Gambar
belahan stator core
Pada core teeth diperlukan pressing plate yang kuat untuk menekan core agar menjadi rapat. Bagian dari penekan tersebut istilah “clamping fingers” karena bentuknya yang menyerupai jari-jari menyesuaikan core stator. Pada bagian terluar terdapat clamping plate (Gambar 13) yang akan dikencangkan dengan through bolt
• Stator Winding
Stator winding dibuat menggunakan penghantar bahan tembaga (copper
conductor) yang mempunyai isolasi khusus dan didistribusikan secara merata pada
stator core. Pada setiap slot terdapat dua stator bar (upper dan bottom coil).
Gambar 16. Ilustrasi gambar
penampang & Stator winding
Gambar 17. Ilustrasi Hubungan
seri dan parallel pada stator winding
Untuk mengurangi efek eddy current yang besar maka setiap stator bar
dibuat menjadi sejumlah penghantar atau copper strand. Namun copper strand
biasanya akan kembali terhubung pada ujung stator bar dan hal ini akan
menyebabkan penambahan arus sirkulasi (circulating current) mengalir dari top
ke bottom copper strand pada stator bar yang tunggal.
Roebel
transposed berfungsi sebagai cara mengurangi efek circulating current. Ada
metode 360 derajat dan 540 derajat, roebel transposisi yang dapat diaplikasikan
pada generator yang besar. Metode 360 derajat memiliki arti bahwa setiap copper
strand menempati posisi sekali pada posisi lain sepanjang panjang stator bar,
sedangkan metode 540 derajat memiliki arti bahwa setiap copper strand menempati
posisi sekali pada posisi lain dan berpindah kembali. Untuk metode 360 derajat biasanya ditranspose
pada slot saja, namun metode 540 derajat biasanya akan selesai pada ujung
stator bar.
Gambar 18. Roebel
transposition
Saat beroperasi stator winding akan
menimbulkan panas akibat terjadi nya arus (disipasi), panas yang terjadi akan
dapat menyebabkan penurunan atau bahkan kerusakan bahan isolasi. Ada beberapa
metode pendinginan stator winding (Gambar 18) yaitu :
o Indirect cooling : pendinginan stator hanya melalui isolasi dari
stator winding.
o
Direct cooling gas-cooled
bar : pada stator bar terdapat lubang yang dapat dilalui media pendingin dalam
hal ini gas hydrogen. o Direct cooling water-cooled bar: stator bar akan dialiri oleh
air pendingin yang mempunyai conductivity dan chemical spesifiksi tertentu.
• Stator Wedge
Ada beberapa perbedaan bentuk wedge stator generator bergantung pada
manufacturer, namun fungsi nya akan tetap sama yaitu sebagai penunci stator bar
pada slot. Thermal expansion dan
penyusutan dari isolasi akan menyebabkan kelonggaran dari stator bar, hal ini
dapat dipicu oleh stator wedge yang tidak terpasang dengan sempurna.
Single wedge
Gambar 20. Gambar bermacam
bentuk wedge dan pemasangannya
• End Winding Support System
End winding support pada generator berfungsi sebagai penguat end winding
dalam rangka menerima gaya-gaya yang akan diterima saat generator beroperasi
normal dan abnormal. End winding support terbuat dari bahan non conducting
material dalam bentuk block, tali pengikat dan juga berbentuk lingkaran. End
winding support harus rigid dan mempuyai stiffness yang baik sehingga dapat
mengakomodasi axial thermal expansi dan
radial direction dari pemuaian slot bar dari winding stator generator.
Gambar 21. Gambar end
winding support (indirect cooled)
• Stator Terminal
Semua generator akan mengalirkan daya dari stator ke transformer
melalui stator terminal. Umumnya
generator terdiri dari tiga phase, oleh sebab itu pada generator akan mempunyai
tiga buah stator connection. Stator
terminal di design khusus agar mampu menahan tegangan output generator dan
mampu menyalurkan besaran arus saat operasi berbeban.
Saat berbeban maka stator terminal juga memerlukan cooling system seperti indirect cooling dan direct cooling.
Pada generator yang menggunakan hydrogen cooling, maka pemasangan
terminal bushing harus sangat perhatikan agar tidak terjadi kebocoran hydrogen
melalui flange dari bushing.
1.3.2 Rotor
Rotor merupakan bagian dari generator yang berfungsi untuk menempatkan
kumparan medan magnit eksitasi. Terdiri dari kumparan medan magnit yang disusun
pada alur-alur inti besi rotor, sehingga apabila pada kumparan tersebut
dialirkan arus searah (DC) maka akan membentuk kutub-kutub magnit Utara dan
Selatan.
Gambar 23. Gambar
rotor generator
Ada beberapa jenis
konstruksi rotor yang biasa digunakan Generator pada pembangkit listrik, antara
lain:
➢ Salient Pole Rotor
Rotor generator
yang memiliki kumparan dengan jumlah kutub lebih dari 2 pasang. Rotor type
salient pole memiliki jumlah kutub yang disesuaikan dengan putaran generator
sehingga frequency 50 Hz dapat terpenuhi.
Gambar 24. Gambar
silent pole rotor generator
Karena jumlah
kutub yang banyak, maka dari sisi berat dan diameter akan lebih besar jika
dibandingan dengan cylindrical rotor pada kapasitas megawatt yang sama.
➢ Cylindrical Rotor (Gambar 2.25)
Rotor yang
memiliki kumparan dengan jumlah kutub 1 pasang. Rotor cylindrical beroperasi
pada putaran 3000 rpm atau pun 1500 rpm. Karena putaran operasi yang begitu
tinggi maka belitan rotor terpasang pada slot rotor dan dipasang wedge untuk
menjaga agar tidak terlepas akibat gaya centrifugal. Pada kedua ujung end
winding terpasang retaining ring yang menjaga end winding dari gaya
centrifugal.
Gambar 25. Gambar Cylindrical
rotor generator
Bagian-bagian dari sebuah rotor generator adalah :
a. Rotor Forging
Merupakan bagian
mekanis dari rotor yang terbuat dari material khusus (permeable magnetic steel)
yang dapat berfungsi sebagai jalur flux yang dihasilkan oleh rotor winding.
Rotor generator merupakan dynamic komponen, beroperasi pada putaran tinggi maka
material harus dapat menahan tekanan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga
dapat berfungsi untuk menempatkan rotor winding.
Rotor forging harus dapat beroperasi pada beban mekanik dan
thermal yang tinggi.
Bagian dari rotor forging yang akan
mengalami tekanan yang besar di antaranya adalah slot tooth root, shrink-fit
area dan bagian terluar dari rotor forging. Tekanan yang dialami oleh rotor
forging terjadi pada saat:
➢ Low cycle saat start up dan shutdown.
➢ Torsional stress saat operasi dan terjadinya gangguan.
➢ High cycle fatigue yang disebabkan operasi ➢ Berat rotor yang menyebabkan bending.
Safety factor
design pada forging rotor generator umumnya sebesar 150% pada saat 20% dari
over speed nya. Safety factor ini dibuat untuk menjamin tidak terjadi crack
pada forging rotor saat beroperasi maupun bila terjadi gangguan.
Forging rotor
generator merupakan bagian utama dimana akan dibuat beberapa bagian untuk dapat
berfungsi sebagai rotor generator. Pada forging akan terdapat winding slot,
pole-face crosscuts, axial slot dan journal shaft, coupling, hydrogen sealing
surface, main lead slot pada shaft dan collector ring (exciter). Sementara itu
akan terdapat komponen yang dipasangkan pada forging rotor yaitu : winding
rotor dan isolasinya, winding slot wedge, retaining ring, centering ring, end
winding blocking, rotor fan blade, main lead dan terminal stud, collector ring
termasuk fan blade.
b. Rotor Winding
Seluruh design
rotor winding yang dibuat oleh banyak fabricant akan mempunyai fungsi dasar
yang sama yaitu untuk menghasilkan flux bagi stator generator. Hal yang harus
diperhatikan adalah bagaimana metode pendinginan dari winding rotor saat
beroperasi. Untuk turbo generator umumnya
menggunakan direct cooled dengan menggunakan udara ataupun gas hydrogen. Udara
pendingin atau gas hydrogen dilewatkan pada rotor winding untuk mengurangi
temperature pada rotor winding termasuk ground insulation sehingga life time
isolasi terjaga
Ada beberapa metode pendinginan rotor winding yaitu :
➢ Radial cooled rotor winding with subslots
➢ Radial cooled rotor winding with air gap pickup
➢ Axial cooled rotor winding
➢ Combination radial & axial cooled rotor winding
Untuk jelasnya dapat dilihat pada beberapa gambar di bawah
ini.
Gambar 28. Gambar
metode pendinginan rotor winding, Radial cooled rotor winding with subslots dan
with air gap pick up
Gambar 29. Gambar metode
pendinginan rotor winding, Axial dan Combination Radial axial cooled rotor winding
c. Rotor Winding Slot Wedge
Wedge mempunyai
fungsi menahan rotor winding dan isolasi tetap berada pada slot forging selama
beroperasi dan sekaligus menjadi laluan udara pendingin atau juga gas hydrogen
sehingga pendinginan rotor generator berlangsung baik selama beroperasi.
Wedge umumnya
terbuat dari material metal yang ringan seperti aluminum ataupun kuningan
(brass). Area wedge bukanlah area yang digunakan sebagai magnetic flux, oleh
sebab itu material wedge yang digunakan tidak terbuat dari magnetic material.
Pemasangan wedge
pada slot winding tidak terlalu kencang hal ini dimaksudkan untuk memberi ruang
bagi pemuaian rotor winding ke arah radial. Apabila terjadi kelonggaran yang
berlebih menyebabkan rotor winding dapat bergerak setiap saat sehingga dapat
menyebabkan gesekan pada isolasi slot liner. Kerusakan isolasi slot liner akan
menyebabkan terjadinya rotor ground fault.
Gambar 30. Gambar Rotor Winding
Slot Wedge
d. Rotor Damper Winding
Sebagian besar
rotor generator memiliki damper atau biasa disebut amortisseurs atau damping
winding yang berfungsi meredam flukstuasi torsi dan menjadi rangkaian untuk
mengalirkan arus induksi. Damper winding
secara konstruksi terpisah dari rotor winding yang dipasang dibawah rotor wedge
dan retaining ring yang terhubung sedemikian rupa seperti pada motor induksi
type rotor sangkar (squirrel-cage)
Damper winding
menghasilkan torsi yang berlawanan manakala ada arus mengalir padanya dan
membantu meredam fluktuasi torsi dan menambah kestabilan dari rotor selama
beroperasi. Pada rotor generator yang mempunyai konstruksi wedge yang panjang
dan berbahan material aluminum, maka wedge tersebut juga berfungsi sebagai
damper winding. Design retaining ring yang menggunakan shorting connection
damper finger pada ujung rotor maka bagian tersebut juga berfungsi sebagai
component damper winding.
Damper winding
juga dapat mencegah terjadinya negative-sequence dan motoring current yang
mengalir pada rotor forging yang dapat menyebabkan kerusakan akibat
overheating.
e. Retaining Ring
Retaining ring
merupakan bagian dari rotor generator yang mengalami tekanan paling besar saat
rotor generator beroperasi. Retaining ring berfungsi menahan end winding rotor
generator dari gaya centrifugal selama beroperasi. Retaining ring terdapat pada
kedua ujung rotor generator yang terpasang secara suaian paksa (shrunk fit).
Material
retaining ring terbuat dari bahan nonmagnetic yang memiliki kekuatan sama
seperti magnetic material. Material yang umum digunakan adalah 18% Mn – 18% Cr
atau biasa disebut 18Mn-18Cr atau 18-18. Material tersebut mempunyai nilai
tambah yaitu anti stress corrosion cracking (SCC)
f.
Axial & Radial
Connector
Arus excitasi
yang mengalir ke rotor winding melalui dua buah penghantar dari radial pada end
winding yang berada dibawah retaining ring, melalui center bore dari journal
shaft dan keluar melalui radial connector sedemikian rupa sampai dengan slip
ring atau collector ring (exciter).
Gambar 33. Gambar
axial dan radial connector rotor generator
Hal yang penting
perlu diperhatikan pada radial connector adalah sealing, yang terbuat dari
bahan rubber dengan pengaturan atau susunan tertentu. Pada generator (Gambar
32) berpendingin gas hydrogen, sealing pada radial connector pada area sisi
inside generator (sisi gas hydrogen) dan area sisi luar (sisi udara) akan
mempunyai seal. Setiap inspection perlu dilakukan leak test untuk menyakinkan
seal yang terpasang mampu mencegah keluarnya gas hydrogen.
Gambar 35. Gambar radial
connector rotor generator berpendingin gas hydrogen pada sisi collector ring
g. Slip Ring / Collector Ring
Arus excitasi
yang mengalir ke rotor winding untuk menghasilkan magnetic field. Arus excitasi
dapat disalurkan dengan menggunakan slip ring atau collector ring. Pada system yang
lain excitasii menggunakan system brushless excitasion (tanpa sikat arang,
menggunakan rotating diode).
Slip ring dipasang pada shaft rotor
generator dengan system muaian paksa (shrink fit) dimana antara slip ring dan
shaft rotor terdapat isolasi yang umumnya terbuat dari epoxy glass ataupun mica
based. Saat beroperasi brush akan selalu bergesekan dengan slip ring sehingga
menimbulkan panas, oleh sebab itu pada system slip ring terdapat fan untuk
membantu pendinginan. Slip ring juga dibentuk mempunyai helicals grooves (jalur
melingkar yang miring) yang menyebakan udara mengalir pada permukaan slip ring.
Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam pemasangan brush adalah:
➢ Kualitas brush à hardness menentukan tingkat
ke ausan dari brush ataupun kerusakan pada slip ring
➢ Spring tension à menentukan contact dari
brush selama beroperasi, termasuk tingkat ke ausan atau kerusakan slip ring.
Gambar 38. Brush Exciter
Pada saat
generator beroprasi akan terjadi looses berupa panas yang terjadi pada rotor
dan stator generator. Untuk mengurangi panas yang terjadi maka setiap generator
mempunyai masing-masing system pendinginannya untuk mendapatkan temperature
yang sesuai sehingga dapat beroperasi dengan normal.
Berdasarkan media pendingin pada generator umumnya menggunakan udara ataupun gas hydrogen. Rotor fan blade (Gambar 2.38) berfungsi sebagai alat untuk mensirkulasikan media pendingin tersebut ke seluruh bagian generator.
Berdasarkan
sirkulasi media pendinginan maka system pendinginan generator terbagi dua yaitu
closed cycle dan open cycle. Pada system open cycle media pendingin menggunakan
udara luar kemudian disirkulasikan ke dalam generator dan selanjutnya keluar.
Pada system closed cycle media pendingin menggunakan udara dan gas hydrogen.
Udara ataupun gas hydrogen akan selalu berada dalam generator, panas yang
diambil oleh udara atau gas hydrogen akan didinginkan oleh radiator cooler yang
terdapat dalam generator.
System closed
cycle dan open cycle dapat berlangsung saat rotor generator beroperasi dimana
pada rotor dipasangkan “rotor fan”. Masing-masing fabricant mendesign jumlah
dan dimensi rotor fan untuk mendapatkan flow media udara atau gas yang
dibutuhkan untuk pendinginan generator tersebut.
Hal yang penting
untuk diperhatikan adalah clearance dari fan blade terhadap air guide dimana
hal ini dapat mngurangi flow udara, terjadinya gesekan sampai dengan vibrasi .
Gambar 39. Pengukuran clearance
rotor fan blade terhadap air guide
1.3.3 Bearing
Bearing berfungsi sebagai tumpuan dari rotor generator pada saat
beroperasi dengan kriteria rotor generator bebas berputar, gesekan minimal dan
yang utama adalah tidak terjadi vibrasi.
Ada dua type bearing yang umum digunakan pada turbo generator yaitu journal
dan tilting pad. Kedua type bearing tersebut tetap memerlukan pelumasan dan
jika diperlukan jacking oil.
Pemasangan bearing harus dilakukan secara benar untuk mencegah terjadinya
vibrasi, kerusakan bearing ataupun kerusakan journal shaft apabila beroperasi.
Clearance bearing yang sesuai standard manual book harus dipenuhi untuk
mendapatkan rotor generator berputar pada bearing tanpa timbul masalalah
seperti panas atau vibrasi. Under clearance menyebabkan pelumas akan berkurang
saat beroperasi sehingga menimbulkan panas. Over clearance menyebabkan rotor
generator berpotensi vibrasi karena dapat bergerak bebas dari sumbu putarnya.
a.
Bearing Bracket
Bearing bracket
berfungsi sebagai rumah dari bearing beserta accessoriesnya termasuk hydrogen
seal. Bracket merupakan bagian penting pada pemasangan generator, posisi
bracket yang sesuai akan menjamin centering rotor generator terhadap stator
generator
Konstruksi
bearing bracket disesuaikan dengan media pendingin generator. Untuk generator
berpendingin udara, maka bracket di design hanya untuk dapat menumpu berat dari
rotor generator, sedangkan pada generator yang berpendingin gas hydrogen,
bracket di design juga harus mampu menahan tekanan dari gas hydrogen yang akan
diisikan dengan tekanan tertentu pada generator. Oleh karena itu pemasangan
bracket generator berpendingin hydrogen memerlukan sealing tertentu untuk
mencegah kebocoran hydrogen melalui bracket yang akan dipasang.
Gambar 41. Bracket generator berpendingin udara
Gambar 42. Bracket
generator berpendingin gas hydrogen
b.
Labyrinth
Labyrinth
berfungsi sebagai perapat atau sealing dari pelumas yang mengalir pada bearing
ataupun hydrogen seal yang terdapat pada bracket. Labyrinth terdapat pada
setiap bracket pada posisi inboard dan outboard.
Labyrinth terbuat dari material
yang mempunyai hardness lebih rendah dari journal shaft.
Labyrinth akan
berfungsi sebagai sealing apabila saat pemasangan mempunyai clearance sesuai
standard manual book. Pemasangan
labyrinth seal pada generator yang menggunakan jacking oil akan berbeda dengan
generator lain.
Material perekat
atau gasket sealent yang dipergunakan harus disesuaikan sehingga fungsi dari
perapat akan terpenuhi.
1.4. Peralatan Bantu Generator
1.4.1. Lube Oil System (system pelumasan)
Lube oil system pada generator ditentukan dari berbagai
aspek yaitu:
➢ Type bearing , seperti :
journal bearing & tilting pad
➢ Speed rotor generator
➢ Berat rotor generator
Pada turbo generator baik yang menggunakan
journal bearing ataupun tilting pad bearing umumnya akan menggunakan lube oil.
Lube oil system pada turbo generator biasa menggunakan system sirkulasi
bersamaan dengan lube oil pada turbine. Lube oil system pada saat start awal
akan menggunakan pompa pelumas auxiliary (motor ac) dan saat putaran nominal
menggunakan pompo utama yang terkopel pada turbine. Pada saat terjadi gangguan
atau unit trip maka lube oil akan dipompa dengan menggunakan dc lube oil pump.
1.4.2. System Pendingin Pada Generator
a. Macam-macam sistem pendingin pada generator :
1) System Pendinginan dengan Hydrogen (Hydrogen Cooled)
Hydrogen
dipergunakan sebagai pendingin pada generator dengan berbagai keuntungan yaitu
:
o
Heat transfer
karaketeristik yang lebih baik (table 1)
o
Hambatan dan losses akibat
gesekan lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan udara sebagai media
pendingin.
o Dapat meredam partial discharge dengan cara menambah hydrogen
pressure.
o Menaikkan dari breakdown voltage dari generator component.
Penggunaan gas hydrogen sebagai pendingin
harus dilakukan secara hati-hati karena terdapat bahaya yang sangat besar. Gas
hydrogen akan bereaksi dengan gas oxygen yang menyebabkan ledakan akibat
pelepasan energy. Untuk mengoperasikan hydrogen cooling system diperlukan
beberapa component sealing system yang meliputi hydrogen seal yang terdapat
pada:
o shaft rotor generator o terminal
stud pada radial bolt o pipe flanges o instrumentasi port o venting valve o dan
lain-lain.
Salah satu
syarat pengoperasian generator berpendingin gas hydrogen adalah purity gas
hydrogen dalam generator. Purity yang diwajibkan adalah > 95%, nilai
tersebut dapat dipertahankan selama beroperasi dengan adanya hydrogen pressure
regulator dan hydrogen seal oil system.
Penambahan gas hydrogen terjadi akibat adanya kebocoran yang terjadi pada
bagian seperti: o Seal oil à tekanan gas hydrogen lebih
besar sehingga melebihi tekanan seal oil dan akibatnya gas hydrogen terbawa
oleh aliran seal oil system.
o Kebocoran kecil pada hydrogen coolerÃ
tekanan cooler lebih rendah dari tekanan gas hydrogen sehingga jika terjadi
bocor pada cooler, maka gas hydrogen akan masuk ke cooler.
o
Rotor terminal stud sealà seal pada radial terminal stud mengalami kerusakan (aus)
sehingga hydrogen keluar. Saat inspection biasanya dilakukan pengujian bore
leak test.
o
Casing atau bracketà pemasangan bracket yang tidak sesuai akan menyebabkan
kebocoran gas hydrogen. Material gasket sealing compound atau pun O-ring cord
yang tidak sesuai spesifikasi dapat menyebabkan kebocoran. Pengencangan bolt
pada bracket dan hydrogen seal oil system perlu diperhatikan.
Berikut table 1
yaitu perbandingan dari beberapa media pendingin, terlihat bahwa gas hydrogen
dengan specific density yang kecil mempunyai specific heat yang besar .
Tabel 1: Relative Cooling
Properties of the Various Cooling Mediums Used in Turbogenerators
2) System Pendinginan dengan Udara (Air
Cooled)
Media pendingin
generator yang umum digunakan adalah udara. Pada system pendingin dengan udara
ada istilah “closed cycle” dan “open cycle”. Pada closed cycle maka udara
disirkulasikan ke dalam generator stator dan rotor dengan menggunakan rotor fan
blade. Udara pendingin yang telah melalui stator dan rotor (lebih panas dari
udara inlet) akan didinginkan kembali dengan cooler yang terdapat pada
generator dan selanjutnya disirkulasikan kembali ke stator dan rotor
generator.
Pada generator
dengan pendinginan open cycle, udara pendinginan akan diambil dari udara
sekitar generator melalui filter udara. Udara tersebut kemudian disirkulasikan
ke stator dan rotor yang selanjutnya dibuang ke luar generator. Permasalahan
yang sering dihadapi generator dengan open cycle adalah contaminasi pada stator
dan rotor akibat udara luar yang kotor. Filter udara yang tidak bekerja baik
menyebabkan contaminant mencemari stator dan rotor. Contaminant tersebut
tentunya menyebabkan kualitas tahanan isolasi stator dan rotor menjadi tidak
baik.
Generator
berpendingin udara biasanya mempunyai kapasitas dari yang kecil (< 1 MW)
sampai dengan 100 MW. Generator berpendingin udara mempunyai bracket yang lebih
sederhana karena tidak adanya seal oil system. Generator berpendingin udara
biasa digunakan pada hydro generator, engine, gas turbine dan steam turbine
dengan kapasitas dibawah 100 MW.
b. Arah Aliran pendingin (Cooling Flow Directional)
Arah aliran
pendingin atau cooling flow directional merupakan gambaran bagaimana arah
aliran pendingin di dalam generator pada saat proses pendinginan berlangsung.
Masing-masing generator akan mempunyai design tertentu disesuaikan dengan media
pendingin dan kapasitas generator. Pada saat maintenance generator maka pemasangan
kembali seluruh peralatan harus sesuai dengan marking saat pembongkaran
termasuk pemasangan rotor fan blade. Pemasangan rotor fan blade akan
mempengaruhi arah aliran media pendingin generator.
Hal lain yang
menjadi focus cooling flow directional adalah bagaimana dari sisi operasi
memeriksa nilai parameter yang terbaca pada generator khususnya temperature
udara inlet dan outlet sesuai arah aliran. Kita dapat melakukan cross check
pada peralatan tersebut dan mengetahui kondisi generator dari temperature arah
aliran tersebut. Jika terjadi ketidaksesuaian maka pasti terjadi kesalahan pada
saat pemasangan rotor fan blade.
Berikut beberapa contoh gambar aliran pendingin pada
generator:
1) Arah aliran diagonal.
Arah aliran
pendingin pada generator ditentukan oleh kontruksi pada frame generator dan
oleh bentuk cooling hole yang terdapat ada rotor body. Pada arah aliran
diagonal cooling (Gambar 42) maka pada rotor generator terdapat lubang sebagai
pengambil udara masuk (dingin) dan secara diagonal keluar pada lubang lain
dengan temperature lebih panas setelah mengambil panas pada rotor winding.
Gambar 44. Aliran
pendingin diagonal
Gambar 45. Aliran pendingin
diagonal pada rotor generator
Sebagai gambaran
generator dengan aliran diagonal flow terlihat dari cooling hole pada rotor
body sebagai berikut:
Gambar 46. Aliran pendingin
diagonal pada rotor generator & winding slot
2) Arah aliran Radial
Arah aliran
pendingin pada generator yang umum digunakan adalah aliran arah radial. Udara
atau gas hydrogen akan disirkulasikan oleh dua buah rotor fan blade kemudian
akan masuk ke dalam generator melalui rotor generator dan stator generator.
Udara atau gas hydrogen yang panas akan dilewatkan pada cooler untuk
didinginkan kembali.
Udara yang telah
dingin akan disirkulasikan kembali ke dalam generator dan akan berlangsung
selama generator beroperasi. Untuk dapat memahami contoh aliran arah radial
dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 47. Aliran pendingin
radial pada rotor generator & winding slot
Arah aliran
pendingin pada generator arah radial dapat dilihat pada Gambar 46 . Udara atau
gas hydrogen masuk melalu sub slot dari sisi exciter dan sisi turbine, kemudian
keluar dari lubang pendingin di sepanjang rotor body.
Gambar 48. Aliran pendingin
radial pada rotor generator
c.
Pendingin (Cooler)
Pemasangan
cooler pada posisi vertical ataupun pada posisi horizontal. Cooler yang
terpasang pada generator berisi air yang disirkulasikan pada sirip-sirip
pendingin. Air yang telah melalui cooler akan didinginkan oleh heat exchanger
pada system lain diluar generator.
d. Seal Oil System
Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya bahwa hampir seluruh generator yang mempunyai
kapasitas besar menggunakan gas hydrogen bertekanan untuk pendinginan pada
internal componentnya. Fungsi utama dari seal oil system adalah menjaga tekanan
hydrogen dan mencegah kebocoran gas hydrogen pada journal shaft. Seal oil
terdapat pada sisi exciter dan sisi turbine dimana akan dibutuhkan high
pressure oil yang digunakan sebagai seal pada kedua sisi tersebut yang
dialirkan secara terus menerus sehingga fungsi utama dari seal oil tersebut
tercapai. Peralatan yang terdiri dari seal oil, piping, seal oil pomp dan
instumentasi disebut sebagai hydrogen seal oil system.
Type dari seal
oil ada dua yaitu : single flow dan
double flow. Masing-masing type tersebut memiliki peralatan antara lain:
➢ Air Side Seal Oil Pump (AC) ➢ H2
Side Seal Oil Pump (AC)
➢ DC Air Side Seal Oil Pump
➢ DC H2 Side Seal Oil Pump
Gambar 51. Contoh
Hydrogen Sealing Oil pada journal shaft
Gambar 52. Seal Oil
Backup System (1)
Gambar 53. Seal Oil
Backup System (2)
e. Exciter System
Exciter system
berfungsi menyuplai arus bagi rotor winding sehingga akan dibangkitkan tegangan
pada terminal generator. System di design untuk dapat mengontrol tegangan
tegangan dengan cara mengatur arus yang disupply ke rotor generator.
Selanjutnya exciter system akan mempengaruhi daya reactive dan power pactor
(pf).
Arus exciter
dalam bentuk dc dengan tegangan maximum sampai 700 volt dan arus exciter sampai
dengan 8000 amp.
Ada tiga type basic excitasi system sebagai berikut :
➢ Rotating
➢ Static
➢ Brushless
BAB II SISTEM EKSITASI
2.1 Fungsi dan Jenis Sistem Eksitasi
Untuk membangkitkan medan
magnet pada rotor, diperlukan arus DC. Arus DC akan memberikan kutub yang tetap
pada medan magnet rotor. Arus DC yang diperlukan oleh rotor dihasilkan oleh
sistem eksitasi. Arus DC ini bisa berasal dari battery atau berasal dari transformer
eksitasi yang disearahkan oleh thyristor.
2.1.1 Sistem Eksitasi dengan Sikat
Pada Sistem Eksitasi menggunakan sikat, sumber
tenaga listriknya berasal dari generator arus searah (DC) atau transformer
eksitasi (AC) yang disearahkan terlebih dahulu dengan menggunakan
rectifier.
Di beberapa
pembangkit, sumber DC pertama kali didapatkan dari battery selama 4 detik untuk
pembangkitan awal medan magnet di rotor. Setelah generator bertegangan,
transformer eksitasi akan bertegangan juga (satu line dengan keluaran
generator). Arus AC dari transformer eksitasi tersebut akan disearahkan oleh thyristor
dalam lemari penyearah. Arus DC yang dihasilkan oleh thyristor tersebut
langsung mengambil alih arus DC dari battery yang sudah terputus.
Untuk
mengalirkan arus DC (arus eksitasi) dari lemari penyearah ke rotor generator
menggunakan slip ring dan sikat arang (carbon brush)
Prinsip kerja pada sistem Eksitasi dengan
sikat (Brush Excitation)
Gambar 57. Diagram
Blok Sistem Eksitasi di PLTGU Grati
Pada saat
kecepatan generator sudah mencapai > 95% sistem eksitasi akan otomatis ON.
Sumber DC pertama kali yang digunakan untuk penguatan medan pada rotor
generator berasal dari battery. Penguatan ini berlangsung selama 4 detik dan
selanjutnya diambil alih oleh arus DC dari transformer eksitasi.
Arus DC
tersebut dialirkan ke dalam rotor melalui media-media seperti gambar diatas
yaitu slip ring, sikat arang (carbon brush), holder dan brush carrier (mounting
untuk brush holder). Untuk generator PLTG 120 MVA menggunakan 9 carbon brush
untuk tiap kutubnya dan untuk generator PLTU 250 MVA menggunakan 18 carbon
brush untuk tiap kutubnya.
Kelemahan dan kelebihan menggunakan sikat arang pada sistem
eksitasi adalah sebagai berikut: a. Kelemahan o Perlu perawatan dan pemeliharaan pada sikat arang (routine cleaning
dan penggantian sikat arang). o Dapat menimbulkan sparking (percikan api).
o
Arus yang dapat dialirkan
oleh sikat relatif kecil. Semakin besar kapasitas generator semakin banyak
sikat arang yang digunakan.
o
Terdapat electrical loss
yang disebabkan oleh arang.
b. Kelebihan o Design
tidak terlalu rumit karena penguatan dari eksternal. o Mudah dalam melakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan pada
sistem eksitasi.
2.1.2 Sistem Eksitasi tanpa Sikat
Prinsip kerja hampir sama dengan sistem
eksitasi dengan sikat arang, yang membedakan adalah pada sistem eksitasi tanpa
sikat ini tidak menggunakan slip ring, sikat arang (carbon brush), hoder dan
brush carrier. Pada sistem eksitasi model ini arus DC yang dialirkan lebih
besar.
Gambar 58. (a) dan (b) Sistem
Eksitasi tanpa Sikat Arang (Brushless)
Keterangan gambar:
ME : Main Exciter
MG : Main Generator
PE : Pilot Exciter
AVR : Automatic
Voltage Regulator
V :
Tegangan Generator
AC : Alternating
Current (arus bolak balik)
DC : Direct Current
(arus searah)
DB : Dioda Bridge
PMG (Permanent Magnet Generator) berputar
seiring dengan berputarnya rotor. PMG sebagai pembangkit tegangan/arus AC yang
disearahkan kemudian dimasukkan pada AVR (Automatic Voltage Regulator) untuk
dikontrol. Karena tegangan/arus AC pada PMG sangat kecil, arus AC yang sudah
disearahkan dimasukkan pada eksiter untuk membangkitkan tegangan AC yang lebih
besar. Arus AC keluaran eksiter disearahkan oleh rotating diode. Untuk
memberikan arus eksitasi pada rotor, sehingga pada rotor terdapat medan magnet.
Sehingga tidak diperlukan sumber tegangan DC ekternal untuk eksitasi pada
generator ini.
Keuntungan dan
kelemahan menggunakan sistem eksitasi tanpa sikat adalah sebgai berikut: a. Kelebihan:
o Mengurangi biaya pemeliharaan dan perawatan sikat.
o Keamanan lebih baik dan kelangsungan operasi bisa lebih terjamin
karena tidak adanya persoalan dalam penggantian sikat arang.
o Tidak ada percikan bunga api karena tidak adanya sikat arang.
b. Kelemahan:
o Design
lebih rumit karena adanya PMG o Apabila
ada kerusakan pada salah satu komponen (mis: dioda penyearah) perbaikannya akan
susah.
2.2 Komponen Sistem Eksitasi
Secara
umum, baik sistem eksitasi yang menggunakan sikat arang atau yang tanpa sikat
arang mempunyai beberapa komponen yang sama secara fungsi dan kinerjanya.
Komponen-komponen tersebut bisa berupa card atau berupa modul.
Komponen-komponen tersebut
adalah:
2.2.1 Transformer eksitasi
Peralatan ini berfungsi sebagai sumber arus eksternal. Fungsi utama dari
transformer ini adalah menyalurkan sumber AC yang kemudian disearahkan oleh
thyristor menjadi sumber DC ke rotor generator baik dengan menggunakan sikat
arang maupun tanpa sikat arang.
Gambar 61.
Spesifikasi Transformer Eksitasi
2.2.2 Rectifier (Penyearah)
Rectifier sistem eksitasi di PLTGU Grati menggunakan thyristor sebagai
penyearah. Kelebihan dari penggunaan thyristor ini adalah dapat diatur sudut
penyalaannya sehingga besar kecil arus yang masuk ke rotor generator dapat
diatur. Total thyristor yang digunakan adalah 24 buah. Rangkaian thyristor
dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 63. Thyristor dan Rangkaian Pendukungnya
Gambar 64. Karakteristik Thyristor dan Bentuk Gelombang
Keluarannya
2.2.3 De-excitation
De-excitation adalah bagian dari pengaman generator yang di pasang pada
sistem eksitasi. Setelah sistem eksitasi terlepas baik karena shut down normal
maupun karena gangguan, pada belitan rotor masih terdapat tegangan sisa.
Tegangan sisa ini akan dibuang menggunakan resistor de-excitation. Resistor ini
mengurangi energi medan pada generator.
Gambar 65. Rangkaian
De-Excitation
2.2.4 Proteksi tegangan lebih
Ketika belitan medan terhubung dengan sistem eksitasi, pengukuran yang
spesifik diperlukan untuk mencegah terjadinya tegangan lebih. Tegangan lebih
ini terjadi karena “impressed current”
dari belitan stator ketika generator mengalami gangguan. Tegangan lebih ini
juga bisa disebabkan karena proses switching
power supply untuk sistem eksitasi. Peralatan proteksi tegangan lebih ini
menggunakan antiparallel thyristor.
Gambar 66. Rangkaian
De-Excitation dan Proteksi Tegangan Lebih
• Tegangan lebih negatif
Apabila tegangan lebih melewati thyristor
2 lebih dari 1250 volt. Thyristor akan terbuka dengan triger dari module Z4.
Tegangan lebih tersebut akan berkurang. Apabila tegangan yang melewati 0 maka
thyristor tidak akan bekerja.
• Tegangan lebih positif
Apabila
tegangan lebih melewati thyristor 1 lebih dari 1250 volt. Thyristor akan
terbuka dengan triger dari module Z4. Tegangan lebih tersebut akan berkurang.
Apabila tegangan yang melewati 0 maka thyristor tidak akan bekerja.
BAB III AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR (AVR)
3.1. Pengertian AVR
Peralatan
ini juga biasa disebut dengan AVR (Automatic
Voltage Regulator). Sistem AVR berfungsi untuk menjaga agar tegangan
generator tetap konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan
tegangan yang stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu
berubah-ubah.
Dikarenakan beban sangat
mempengaruhi tegangan output generator, prinsip kerja dari AVR adalah mengatur
arus eksitasi. Apabila tegangan output generator di bawah tegangan nominal
tegangan generator, maka AVR akan memperbesar arus eksitasi pada belitan rotor.
Dan juga sebaliknya apabila tegangan output generator melebihi tegangan nominal
generator maka AVR akan mengurangi arus eksitasi pada belitan rotor. Dengan
demikian apabila terjadi perubahan tegangan output Generator akan dapat
distabilkan oleh AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi dengan peralatan
seperti alat yang digunakan untuk pembatasan penguat minimum ataupun maximum
yang bekerja secara otomatis.
3.2. Bagian-bagian AVR
Bagian-bagian AVR dapat
dijelaskan pada penjelasan berikut :
a. Sensing circuit
Tegangan tiga
phasa generator disensing menggunakan Potensial Transformer dan 90R terlebih
dahulu, dan tegangan tiga phasa keluaran dari 90R diturunkan kemudian
disearahkan dengan rangkaian dioda, dan diratakan oleh rangkaian kapasitor dan
resistor dan tegangan ini dapat diatur dengan VR (Variable Resistant).
Keuntungan dari sensing circuit adalah mempunyai respon yang cepat
terhadap tegangan output generator. b. Comparative amplifier
Rangkaian comparative amplifier digunakan
sebagai pembanding antara sensing circuit dengan set voltage. Besar sensing
voltage dengan set voltage tidak mempunyai nilai yang sama sehingga
selisih/rentang besar tegangan tersebut. Selisih tegangan disebut dengan error
voltage. Ini akan dihilangkan dengan cara memasang VR (variable resistance)
pada set voltage dan sensing voltage.
c.
Amplifier circuit
Aliran arus dari
D11, D12, dan R34 adalah rangkaian penguat utama atau penguatan tingkat
terendah. Keluaran dari comparative amplifier dan keluaran dari over excitation
limiter (OEL) adalah tegangan negative dan dari tegangan negative tersebut
menjadi masukan OP201. Ketika over excitation limiter (OEL) atau minimum
excitation limiter (MEL) tidak beroperasi maka keluaran dari comparative
amplifier dikuatkan oleh OP201 dan OP301. Masukan dari OP301 dijumlahkan dengan
keluaran dari dumping circuit. OP401 adalah amplifier untuk balance meter
hubungan antara tegangan masuk dan tegangan keluaran dari OP201 dan OP401 diperlihatkan
pada gambar berikut.
d.
Automatic manual change over and mixer circuit
Rangkaian ini disusun secara Auto-manual pemindah hubungan dan sebuah
rangkaian untuk mengontrol tegangan penguatan medan generator. Auto-manual
change over and mixer circuit pada operasi manual pengaturan tegangan penguatan
medan generator dilakukan oleh 70E, dan pada saat automatic manual change over
and mixer circuit beroperasi manual maka AVR belum dapat beroperasi. Dan
apabila rangkaian ini pada kondisi auto maka AVR sudah dapat bekerja untuk
mengatur besar arus medan generator. e. Limited circuit
Limited circuit
adalah untuk menentukan batasan lebih dan kurang pada penguatan (excitation)
dan digunakan untuk pengaturan tegangan output pada sistem eksitasi.
f. Phase syncronizing circuit
Unit thyristor digunakan untuk mengontrol tegangan output thyristor
dengan menggunakan sinyal kontrol yang diberikan pada gerbang thyristor dengan
cara mengubah besarnya sudut sinyal pada gerbang thyristor. Rangkaian phase
sinkronisasi berfungsi untuk mengubah sudut gerbang thyristor yang sesuai
dengan tegangan output dari batas sinkronisasi dan juga sinyal kontrol yang
diberikan pada thyristor. g. Thyristor firing circuit
Rangkaian ini
sebagai pelengkap thyristor untuk memberikan sinyal kontrol pada gerbang
thyristor. h. Dumping circuit
Dumping circuit akan memberikan sensor besarnya penguatan tegangan dari
AC exciter dan untuk diberikan ke amplifier circuit dengan dijadikan feed back
masukan terminal OP301. i. Unit tyristor
Merupakan susunan dari fuse, thyristor dan
dioda.Fuse (sekring) digunakan sebagai pengaman lebur dan juga dilengkapi
dengan indikator untuk memantau kerja dari thyristor yang dipasang pada bagian
depan thyristor, untuk tiap phase diberikan dua fuse yang disusun pararel dan
ketika terjadi kesalahan atau putus salah satunya masih dapat beroperasi.
j.
MEL (minimum excitacy limiter)
MEL (minimum
eksitasi limiter) yaitu untuk mencegah terjadinya output yang berlebihan pada
generator dan adanya penambahan penguatan (excitacy) untuk meningkatkan
tegangan terminal generator pada level konstan. Rangkaian ini digunakan untuk
mendeteksi operasional dari generator yaitu dengan mendeteksi keluaran tegangan
dan arus dari generator. Rangkaian ini juga digunakan untuk membandingkan
keluaran tegangan generator dengan eksitasi minimum yang telah diset. Rangkaian
ini akan memberikan batas sinyal pada rangkaian AVR apabila melebihi eksitasi
minimum, kemudian output dari MEL (Minimum Eksitasi Limiter) dikuatkan oleh
amplifier.
k.
Automatic follower
Prinsip kerja
dari alat ini adalah untuk melengkapi penguatan dengan pengaturan secara manual
oleh 70E. Untuk menyesuaikan pengoperasian generator dalam pembandingan
fluktuasi dari tegangan terminal oleh sinyal error.
Pengoperasian
ini digunakan untuk pengaturan manual (70E) untuk ketepatan tingkatan eksitasi
yang telah disesuaikan.
Automatic Follower digunakan untuk
mendeteksi keluaran regulator dari sinyal tegangan error dan pengoperasian
otomatis manual adjuster dengan membuat nilai nol. Rangkaian ini untuk
menaikkan sinyal dan menurunkan sinyal yang dikendalikan oleh 70E.
Pengoperasian AVR
a. Pengoperasian sistem eksitasi secara auto dengan AVR
b. Pengoperasian sistem eksitasi secara manual
Hanya kontrol
arus dan derajat penyalaan thyristor yang dapat dioperasikan pada mode
pengoperasian manual ini. Sebelum generator lepas sinkron dengan jaringan,
beban harus dikurangi sampai dengan nol, dan eksitasi diset ke dalam keadaan
tanpa arus sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar